Orang Jepang menghabiskan sebagian besar waktu mereka berkomunikasi satu
dengan yang lain, sehingga perangkat sejenis telepon genggam menjadi
sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan disana.
Sembilan bulan yang lalu, hampir semua orang di kereta api menggunakan
jejaring sosial Twitter, yang sekarang memiliki 20 juta pengguna di
Jepang. Tetapi sebagian besar dari mereka kini sudah beralih ke aplikasi
lokal bernama Line, yang diluncurkan tahun 2011 lalu oleh
NHN Japan
tepat setelah insiden gempa Tohoku yang mengguncang Jepang. Nama "Line"
sendiri lahir dari jalur-jalur komunikasi (lines) yang dibangun oleh
pemerintah setelah amukan alam tersebut terjadi.
NHN Japan adalah anak perusahaan NHN yang berasal dari Korea.
Berkat promosi yang disponsori banyak pihak dan iklan yang nyaris
gila-gilaan, aplikasi yang bisa digunakan untuk IM gratis dan telepon
via smartphone/tablet/desktop ini sekarang telah menjadi jejaring sosial
terlaris di 42 negara.
Line baru saja mendapat follower yang ke-50 jutanya hanya dalam waktu
399 hari. Pada Januari tahun ini, total pengikut Line di Jepang sudah
mencapai angka 40 juta; dan sebesar 60% wanita dewasa disana dilaporkan
rutin menggunakan Line setiap hari.
Line, bersama dengan orangtuanya yaitu NHN (yang juga mempunyai kepemilikan atas
Naver,
portal pencarian terbesar di Korea) telah mengambil alih kancah
internet dengan memotivasi para pengguna untuk tidak hanya mengikuti
mereknya tetapi juga untuk berinteraksi, sehingga kini Line sudah
berhasil menarik banyak perhatian, terutama dari dunia marketing.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan Line, lebih dari setengah
pengguna perempuan aplikasi ini telah mem-follow merek Line, 63% dari
seluruh pengguna telah membaca pesan-pesan yang dikirim oleh Line, 32%
telah menggunakan kupon yang dikirim oleh Line, dan 27% telah mengklik
setidaknya satu link yang direkomendasikan oleh Line.
Namun berbeda dengan Facebook, jika para pemasang iklan hendak
menggunakan Line, mereka diharuskan membayar sejumlah harga. Ada tarif
yang sudah ditentukan per paket dan jumlah pesan yang diperbolehkan pun
sangat dibatasi. Misalnya, kampanye yang berlangsung selama 4 minggu
dengan total 5 pesan memiliki harga sekitar 8 juta yen atau sekitar Rp.
800 juta, sementara kampanye untuk 12 minggu yang memperbolehkan jumlah
pesan sebanyak 15 (dengan catatan tiap minggu maksimal 2 pesan) berharga
sekitar 15 juta yen atau sekitar Rp. 1,5 Miliar.
Perusahaan-perusahaan dapat menggunakan fasilitas Line untuk menawarkan
kupon atau program promosi lainnya. Biaya ekstra juga akan ditarik bila
mereka ingin membuat cap sponsor, yaitu sejenis emoticon lucu yang kini
sedang nge-tren di Jepang, negara yang memang terobsesi dengan anime dan
manga. Para pemasang iklan umumnya memiliki insentif untuk selalu
tinggal bersama Line dalam jangka waktu panjang karena jika mereka
berhenti melakukan pembayaran, itu berarti akun mereka akan dihapus dan
mereka tidak hanya akan kehilangan follower tetapi juga konten yang
sudah mereka buat.
Meskipun begitu, kontrol ketat dan peraturan yang diwajibkan oleh pihak
Line terbukti tidak melunturkan semangat para pemasang iklan raksasa
seperti Coca-Cola, Lawson, dan restoran siap saji, Sukiya. Contohnya
saja, ketika Matsumoto Kiyoshi, sebuah toko obat di Jepang yang perlu
menarik lebih banyak pelanggan yang berumur 10-20 tahun, mereka
menawarkan sebuah kupon diskon 10% via Line, dan dalam hitungan hari,
lebih dari 10.000 orang telah menggunakan jatah kupon mereka - setengah
dari mereka memenuhi target konsumen yang mereka incar. Sekitar 300.000
orang lainnya juga mulai mem-follow merek ini berkat promosi yang mereka
adakan.
Salah satu aspek yang paling memukau dari perkembangan Line dan
pendapatannya yang datang dari pemasangan iklan adalah begitu banyaknya
tawaran bisnis yang dengan cepat mengisi lahan karir Line.
Dengan semakin mengglobalnya Line, NHN akan memperoleh kesempatan untuk
melihat apakah karakteristik-karakteristik ini juga berlaku di luar
Asia. Hasil awal yang diterima sudah cukup menjanjikan: Line mengklaim
di situsnya bahwa Line adalah aplikasi yang paling banyak diunduh di
lebih dari 40 negara di dunia. Di Indonesia sendiri, Line tercatat sudah
diunduh sebanyak 23 juta kali!
Layanan seperti komunitas avatar "Line Play" pun kini sudah bisa diakses
dalam bahasa Inggris, dan aplikasinya sendiri sudah dapat digunakan di
iPhone, Android, Blackberry dan telepon genggam Windows. Dengan begini,
status Line sebagai jejaring sosial yang menggema dari Jepang mungkin
akan segera berakhir dan menjadi jejaring sosial yang menguasai dunia.